1. Pendekatan Kesusastraan
Ilmu budaya dasar atau basic humanities awalnya berasal dari
negara inggris yang berarti sastra. Berasal dari bahasa latin yang artinya
berbudaya dan halus. Dalam arti khususnya adalah ekspresi dan isi hati
dari perasaan manusia yang diungkapkan dalam bentuk pandangan cerdas
yang dituangkan dalam bentuk sesuatu hal yang mencerminkan sebuah
keindahan. Kesusastraan dibentuk dari dua kata, yaitu su dan sastra. Su
berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Atau, kesusastraan dapat
diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa,
bentuk, maupun isinya. Menurut pandangan lain, sastra merupakan
kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang
mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti
“instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam
bahasa Indonesia kata ini merujuk kepada sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu. Segmentasi sastra lebih mengacu
sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah
pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan
adalah salah satu contoh yang, diartikan sebagai orang yang menggeluti
sastrawi, bukan sastra. Sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan
yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab suci,
surat, undang-undang, dan sebagainya yang dalam arti khusus dapat
digunakan dalam konteks kebudayaan. Berarti, sastra adalah hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan
gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Sastra lisan
tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi bahasa yang dijadikan
wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
2. Nilai-Nilai Dalam Prosa
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, karya sastra pasti
membawakan moral, pesan atau cerita. Prosa mempunyai nilai yang
diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca
lewat sastra antara lain :
a) Prosa fiksi memberikan kesenangan
Kesenangan yang diperoleh adalah pembaca mendapatkan pengalaman
sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa atau kejadian yang
dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk
mengenal tempat asing yang belum dikunjungi atau yang tak
mungkin dikunjungi. Pembaca juga dapat mengenal tokoh yang aneh,
asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk
mencapai sukses.
b) Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat dalam
ensiklopedia. Dalam novel kita dapat belajan mengenal sesuatu lebih
daripada sejarah atau laporan jumalistik tentang kehidupan masa kini,
masa lalu & yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
c) Prosa fiksi memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi dan merupakan sarana bagi
pemindahan yang tak henti dari warisan budaya bangsa.
d) Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan
pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan
lebih banyak kesempatan untuk memilih respon emosional atau
rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang
disajikan dalam kehidupan sendiri.
B. Hubungan Ilmu Budaya Dasar
Dengan Sastra
1. Kaitan Ilmu Budaya Dasar Dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena
variasi ritme yang dimilikinya, serta bahasanya yang lebih sesuai
dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa”
yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Prosa dapat digunakan untuk surat
kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya. Prosa dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama & baru. Prosa
lama adalah prosa yang belum terpengaruh budaya barat.
Prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Lima Komponen Dalam Prosa Lama :
1. Dongeng-dongeng
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
Lima Komponen Dalam Prosa Baru :
1. Cerita pendek
2. Roman/ novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh
kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan.
Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak
akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan
apresiasinya yang mumi. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai
sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang
terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar. Nilai puisi yang ada adalah :
a) Figura bahasa. Seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan,
alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan
memberi kejelasan gambaran angan.
b) Kata ambiquitas. Yaitu kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
c) Kata berjiwa. Yaitu kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi
perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan
memukau.
d) Kata konotatif. Yaitu kata yang sudah diberi tambahan nilai rasa dan
asosiasi tertentu.
e) Pengulangan. Berfungsi untuk mengintensifkan hal yang dilukiskan
sehingga lebih menggugah hati
Adapun alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu
Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
a) Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut
“pengalaman perwakilan”. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin
memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan
pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung.
b) Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat
menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri,
karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca
bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
Hubungan sastra, seni dan ilmu budaya dasar sangat erat karena budaya
sendiri tidak luput dari tulisan yang dibuat menjadi sebuah seni yang
bernilai budaya yang dikaitkan dengan budaya sebagai contoh budaya
membatik yang ada di indonesia. Budaya membatik sudah menjadi ciri
khas budaya di indonesia dan sekarang seni membatik sudah terkenal
sampai ke luar negeri.
Daftar Pustaka :
http://rayrizqie.blogspot.co.id/2015/05/ibd-bab-3-manusia-dan-kesusastraan_1.html
http://sonasoftskill.blogspot.co.id/2012/06/manusia-dan-kesusastraan.html
https://deathneverlost.wordpress.com/2011/11/13/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar