Selasa, 27 September 2016

Sistem Kepemerintahan Republik & Monarki (PKN)

A. Negara Republik

        Dalam pengertian dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana tampuk
        pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan 
        bangsawan dan sering dipimpin atau dikepalai oleh seorang presiden. Istilah ini 
        berasal dari bahasa Latin res publica, atau "urusan awam", yang artinya kerajaan
        dimiliki serta dikawal oleh rakyat. Namun republik berbeda dengan konsep 
        demokrasi. Terdapat kasus dimana negara republik diperintah secara totaliter.
        Dalam zaman modern ini, ketua negara suatu republik biasanya seorang saja,
        yaitu Presiden, tetapi ada juga beberapa pengecualian misalnya di Swiss,
        terdapat majelis tujuh pemimpin yang merangkap sebagai ketua negara dan di
        San Marino, jabatan ketua negara dipegang oleh dua orang. 

        Kita ambil contoh saja negara Uni Emirate Arab sebagai negara dengan bentuk 
        kepemerintahan republik. Majelis Tertinggi memuat pemerintah-pemerintah 
        dari tujuh negara bagian. Jabatan Presiden dan Wakil Presiden dilantik oleh 
        Majelis Tertinggi setiap lima tahun. Majelis Tertinggi juga melantik barisan
        kabinet sementara Majelis Federasi Kebangsaan yang mempunyai anggota 
        sebanyak 40 orang dari ketujuh negara bagian meneliti dan membincangkan
        undang-undang yang dicadangkan. Terdapat satu sistem mahkamah persekutuan,
        semua negara bagian kecuali Dubai dan Ras al-Khaimah telah menyertai sistem
        persekutuan ini; semua negeri mempunyai undang-undang sekular dan Islam
        untuk kasus-kasus sipil, kejahatan, dan mahkamah tinggi.Pada tahun 1996, 
        Dewan Nasional UEA (DPR) dan Majelis Agung UEA (MPR) melakukan 
        amandemen terhadap Konstitusi Sementara UEA yang dibuat bersamaan 
        dengan pembentukan Negara Uni Emirat Arab pada tahun 1971, lalu 
        menjadikannya sebagai konstitusi tetap (Embassy of United Arab Emirates
        in Indonesia, 2011).

        Dalam Konstitusi UEA, pemerintah mengakui adanya persamaan, keadilan
        sosial, kesamaan kesempatan bagi semua warga negara. Pondasi masyarakat 
        adalah keluarga, sementara agama, akhlak dan cinta negara merupakan tiang 
        penyangganya. Konstitusi memberi perhatian bagi seluruh lapisan masyarakat, 
        berupa perlindungan terhadap anak-anak di bawah umur, orang-orang yang
        tidak mampu mengurusi diri mereka, pemberian bantuan dan pembinaan, 
        serta menelurkan UU yang mengatur pemberian bantuan kepada kaum-kaum 
        tersebut. UEA sadar akan pentingnya pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan
        isi konstitusi negara yang menitikberatkan pendidikan dan wajib belajar untuk
        tingkat dasar serta pendidikan gratis untuk semua jenjang pendidikan 
        (Embassy of United Arab Emirates in Indonesia, 2011).

        Konstitusi UEA mengakui equality of human, dimana konstitusi menegaskan
        bahwa semua orang memiliki kedudukan sama di hadapan hukum, tidak 
        memandang asal, kewarganegaraan, keyakinan agama maupun status sosial.
        Kebebasan pribadi bagi setiap individu juga dijamin oleh konstitusi. Haram 
        bagi seseorang untuk ditangkap, diperiksa, ditahan maupun dikurung kecuali 
        menurut ketentuan hukum. Seseorang juga tidak boleh mengalami penyiksaan
        atau perlakuan buruk yang dapat menjatuhkan martabatnya sebagai manusia
        (Embassy of United Arab Emirates in Indonesia, 2011).

        Kemandirian pengadilan merupakan hal mutlak yang dipegang konstitusi. Para 
        hakim wajib bersifat independen dan tidak boleh ada kekuasaan yang 
        mempengaruhinya dalam melaksanakan kewajibannya selain aturan hukum 
        dan suara hatinya (Embassy of United Arab Emirates in Indonesia, 2011).
        Rancangan UU dan Peraturan Negara UEA diformulasikan dan disusun oleh
        Dewan Menteri, selanjutnya diajukan kepada Dewan Nasional UEA. Pasca
        dilimpahkan ke Dewan Nasional, RUU diajukan kepada Komisi Khusus. 
        Apabila komisi khusus ini melakukan perubahan terhadap usulan RUU ini, 
        maka RUU yang sudah dirubah ini dilimpahkan kepada Komisi UU untuk 
        dimusyawarahkan dan dibuatkan bab-babnya sebelum dibahas dalam sidang
        Dewan. Pada tahap terakhir, RUU ini diajukan kepada kepala negara (Embassy 
        of United Arab Emirates in Indonesia, 2011).

        Dalam pasal 190 dan 121 dari Konstitusi UEA, tanggung jawab terkait masalah
        luar negeri, keamanan, pertahanan, masalah-masalah kewarganegaraan dan 
        keimigrasian, pendidikan, pelayanan kesehatan, mata uang nasional, pelayanan
        pos, telepon dan komunikasi lainnya, kontrol aktivitas penerbangan, perizinan 
        bagi pesawat udara dan masalah-masalah lain yang dijelaskan secara terperinci
        dan yang menyangkut hubungan antara buruh dan pengusaha, kegiatan 
        perbankan, penentuan wilayah perairan regional dan ekstradisi para pelaku
        tindak kriminal kepada pemerintah mereka, diserahkan kepada pemerintah pusat 
        (Embassy of United Arab Emirates in Indonesia, 2011).

        Pada pasal 116 dikemukakan bahwa setiap emirat berhak melakukan semua 
        otoritas yang tidak diserahkan oleh konsitusi kepada pemerintah pusat. Hal ini
        diperkuat oleh pasal 122 yang menyatakan bahwa masing-masing emirat
        memiliki wewenang khusus di luar wewenang yang dimiliki oleh pemerintah 
        pusat, sesuai dengan apa yang tercantum dalam dua pasal terdahulu.
        Hukum yang diterapkan di Negara Uni Emirat Arab adalah hukum islam, yakni
        hukum yang berasal dari kitab suci Al-quran, dan Al-hadist. Karena Negara ini 
        penduduknya yang mayoritas beragama Islam yang berjumlah 96%.

        Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa masih diterapkannya hukum 
        Tradisional karena pada umumnya Negara ditimur tengah yang terdiri dari suku-
        suku, dan masih menerapkan hukum yang dibawa oleh nenek moyang mereka 
        terdahulu. Dari yang kita lihat, konsep republik yang diusung oleh negara UAE 
        dan Indonesia hampir serupa namun tak sama. Perbedaannnya terletak 
        digunakannya hukum-hukum Islam yang sudah diadopsi sejak dulu oleh suku-
        suku yang ada di negara itu sebelum terbentuk menjadi negara, sedangkan 
        Indonesia menganut sistem yang sudah ada ketika zaman penjajahan belanda
        yang sudah dimodifikasi hingga sekarang ini.


B. Negara Monarki

        Monarki berasal dari bahasa Yunani monos (μονος) yang berarti satu, dan 
        archein (αρχειν) yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis 
        pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki. Monarki atau 
        sistem pemerintahan kerajaanadalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun
        ke-19, terdapat lebih 900 tahta kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 
        dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade kedelapan abad ke-20, hanya 40 
        takhta saja yang masih ada. Dari jumlah tersebut, hanya empat negara 
        mempunyai penguasa monarki yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada 
        sistem konstitusi.

        Perbedaan di antara penguasa monarki dengan presiden sebagai kepala 
        negara adalah penguasa monarki menjadi kepala negara sepanjang hayatnya, 
        sedangkan presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu
        tertentu. Namun dalam negara-negara federasi seperti Malaysia, penguasa 
        monarki atau Yang dipertuan Agung hanya berkuasa selama 5 tahun dan akan
        digantikan dengan penguasa monarki dari negeri lain dalam persekutuan. Pada 
        zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan 
        kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu penguasa monarki yang
        dibatasi kekuasaannya oleh konstitusi.

        Bagi kebanyakan negara, penguasa monarki merupakan simbol kesinambungan 
        serta kedaulatan negara tersebut. Selain itu, penguasa monarki biasanya ketua 
        agama serta panglima besar angkatan bersenjata sebuah negara. Contohnya di 
        Malaysia, Yang Dipertuan Agung merupakan ketua agama Islam, sedangkan di
        Britania Raya dan negara di bawah naungannya, Ratu Elizabeth II adalah 
        Gubernur Agung Gereja Inggris. Meskipun demikian, pada masa sekarang ini 
        biasanya peran sebagai ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis saja.

        Kita ambil contoh negara Saudi Arabia. Arab Saudi atau Kerajaan Arab Saudi
        adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab. Beriklim gurundan wilayahnya
        sebagian besar terdiri atas gurun pasir dengan gurun pasir yang terbesar adalah 
        Rub Al Khali. Orang Arab menyebut kata gurun pasir dengan kata sahara.
        Negara Arab Saudi ini berbatasan langsung (searah jarum jam dari arah utara)
        dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia, Uni Emirat Arab, Oman, 
        Yaman, dan Laut Merah.

        Pada tanggal 23 September 1932, Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Sa’ud 
        memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi atau Saudi Arabia 
        (Al-Mamlakah Al-‘Arabiyah Al-Su’udiyah) dengan menyatukan wilayah Riyadh, 
        Najd (Nejed), Ha-a, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz kemudian menjadi raja pertama
        pada kerajaan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami, nama Saudi berasal
        dari kata nama keluarga Raja Abdul Aziz Al-Sa’ud

        Permasalahan sosial terutama persoalan-persoalan yang menyentuh aspek 
        hukum Alqur’an adalah dasar penggalian hukum. Bahkan jika kasus hukum itu
        tidak ada dasarkan hukumnya Nabi Muhammad SAW., menunggu wahyu, 
        seperti kasus kewarisan. Setelah wafat Nabi Muhammad SAW., kekuasaan Islam
        berturut-turut dipegang oleh empat sahabat nabi, yaitu Abu Bakar, Umar bin 
        Khatthab, Usman bin Afwan dan Alibin Abi Tahalib. Alqur’an sebagai undang-
        undang dasar dan syariah sebagai hukum dasar.

        Demikian juga, pada masa kerajaan Umayah dan kerajaan Abassiyah Alqur’an, 
        tetap sebagai Undang-Undang Dasar sedangkan syariah sebagai hukum resmi
        Negara, jika persoalan hukum tidak didapatkan dalam ketiga sumber hukum 
        tersebut maka ditempuh jalan ijtihad. Dasar yang sama juga digunakan oleh 
        kerajaan Islam setelah runtuhnya kedua kerajaan Islam terebesar tersebut. 
        Termasuk kerajaan Turki Usmani yang pernah menguasai sepertiga dunia
        terutama dunia Islam, sebelum terjadi pembaharuan hukum oleh Kamal Antatur.

        Sistem pemerintahan yang digunakan negara ini adalah sistem negara Islam,
        dimana Alquran dan Syariat menjadi dasar dari pemerintahan yang dijalankan 
        Sistem pemerintahan Arab Saudi sendiri adalah presidensil karena dipimpin oleh 
        seorang raja. Raja selain menjadi kepala negara juga memiliki beberapa peran 
        disini sehingga sistem pemerintahanya disebut juga sebagai monarki absolut. 
        Raja Arab Saudi memiliki beberapa peran :
        – Kepala Negara
        – Perdana Menteri
        – Panglima Angkatan Perang
        – Penjaga dua tempat suci
        – Mengangkat/Memberhentikan Dewan Menteri
        – Menafsirkan hukum Arab Saudi tidak mengenal sistem kepartaian.

        Tidak ada pemilihan umum, kalaupun ada hanya untuk memilih pemimpin 
        lembaga legislatif dan yudikatif yang ditentukan oleh raja. Arab Saudi memiliki 
        tiga lembaga yaitu Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. -Badan Eksekutif disebut
        juga sebagai “Dewan Menteri Pemerintahan Arab Saudi”. Beranggotakan Raja 
        sebagai perdana menteri, wakil perdana menteri, menteri – menteri negara dan
        penasihat raja. Konstitusi Arab Saudi adalah Al Quran dan Sunnah. Hukum dasar 
        negara adalah Syariah Islam. Dalam aplikasi pemerintahan, Raja menjadi sumber 
        otoritas bagi setiap otoritas politik yang ada di Arab Saudi. Raja juga berhak 
        menafsirkan hukum setelah menjalani sejumlah konsultasi & menjalin konsensus.
        Konsultasi dan konsensus ini menjadi dasar hukum di bawah Syariah. Menurut 
        hukum dasar Arab Saudi tahun 1992, terdapat 4 otoritas (subordinat raja) 
        di dalam negara: Dewan Menteri, Dewan Konsultatif, Pengadilan, dan Ulama.

        Raja selain selaku kepala negara, ia juga merupakan perdana menteri, panglima
        tertinggi angkatan perang, penjaga dua tempat suci (Mekkah dan Madinah), 
        mengangkat dan memberhentikan Dewan Menteri, menafsirkan hukum. Otoritas
        politik tertinggi di bawah raja adalah putra mahkota. Putra mahkota ini ditentukan 
        oleh raja, asalkan tetap diambil dari keturunan Abdul Aziz. Putra mahkota bahkan
        dapat memerintah atas nama raja, bahkan sebelum mahkota diestafetkan. Dewan
        Menteri bertindak selaku legislatof dan eksekutif pelaksana raja. Kedua peran ini 
        didasarkan atas restu raja. Hukum yang ditetapkan dewan menteri akan menjadi 
        hukum aplikatif dalam 30 hari, kecuali raja memvetonya. Umumnya, para anggota
        dewan menteri pun keturunan Abdul Aziz. Majlis Ss-Shura adalah dewan 
        konsultatif. 

        Anggotanya sekitar 120 orang. Tugas mereka adalah memberi nasehat kepada
        raja. Anggota majelis ini pun diangkat dan diberhentikan oleh raja. Di 
        Indonesia, majelis ini mirip Wantimpres. Lembaga pengadilan (yudikatif) 
        menurut hukum dasar Arab Saudi haruslan independen. Kepala pengadilan 
        biasanya berasal dari bangsawan ataupun keturunan al-Wahhab. Menteri
        Kehakiman Arab Saudi biasanya juga menjadi Grand Mufti. Setiap hakim 
        diangkat dan diberhentikan oleh Raja. Ulama adalah lembaga yang ada dalam
        hukum dasar Arab Saudi yang fungsinya menjadi metode penafsiran hukum
        Islam yaitu Ijma (konsensus) dan Shura (Konsultasi). Anggota Ulama terdiri atas
        keturuan Abdul Aziz dan al-Wahhab. Ulama ini dikepalai oleh Grand Mufti.
        Sebenarnya Council of Minister (CoM) bukanlah parlemen layaknya di negara-
        negara demokrasi a la Barat. Ia lebih mirip “quasi-legislative” dan tidak primus 
        interpares dengan raja. Dewan Menteri bertindak selaku legislator dan eksekutif 
        pelaksana raja. Kedua peran ini didasarkan atas restu raja. Hukum yang 
        ditetapkan dewan menteri akan menjadi hukum aplikatif dalam 30 hari, kecuali
        raja memvetonya. Umumnya, para anggota dewan menteri keturunan Abdul Aziz.












Daftar Pustaka :
http://tempirai-city.blogspot.co.id/2015/04/perbandingan-hukum-tata-negara.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Monarki
https://id.wikipedia.org/wiki/Republik
https://ilmakribooo.wordpress.com/2013/12/26/sistem-pemerintahan-saudi-arabia/