Cerita ini bermula ketika aku mulai duduk dibangku sekolah menengah ke atas. Ohiya, biar kupekenalkan diriku terlebih dahulu. Aku adalah seorang lelaki berambut panjang menutupi leher yang sekarang sudah kuliah tingkat 2 di salah satu universitas kenamaan di kota Depok, Aku sering dipanggil Budi, Uchok atau Jhon oleh teman-temanku. Terserah kalian ingin memanggilku apa tapi aku lebih suka dipanggil Budi. Oke kita flashback 4 tahun lalu. Saat itu aku masuk salah satu SMA swasta yang terbilang bagus yang terletak dibilangan Jakarta Selatan. Jika kalian tahu daerah Kemang atau Ampera maka kalian akan tahu tepatnya sekolah mana tempat aku belajar. Jadi setelah pengumuman kapan akan dimulai tahun ajaran baru disekolah aku mulai mencari namaku di tiap-tiap pintu kelas. Mulai dari X-A, X-B lalu ke X-C dan berakhir di X-D. Namaku tercantum dalam secarik kertas yang ditempel didepan pintu kelas tersebut. Aku mulai memasuki kelas tersebut dan melihat wajah-wajah asing yang belum pernah kutemui kecuali satu orang perempuan yang pernah aku liat di Pondok Indah Mall bersama temen SMP ku yang ternyata temen SD ku merupakan teman dia dan aku akan menjadi temannya dikelas ini. Aku berkenalan, namanya Maya. Dalam hatiku berbisik dia lumayan juga karena posisiku waktu itu sudah putus dengan pacarku saat SMP. Lalu aku melihat sekitar ada perempuan cantik lagi bernama Lala. Dan benar saja dugaanku mereka berdua suka denganku. Aku bingung memilih yang mana namun akhirnya aku mencoba PDKT dengan Lala karena anak-anak dikelas menyuruhku dengan dia. Namun aku bimbang, walau pikiranku mengatakan ini tapi hatiku mengatakan itu. Akhirnya aku memilih Lala yang menjadi pacarku walau secara diam-diam aku menaruh hati pada Maya. Aku memilih Lala karena aku tahu Maya sudah memiliki pacar saat itu.
Aku pacaran selama 2 minggu, aku putus karena ya mungkin memang kesalahanku. Aku merasa menjadi sombong kala itu karena ada 2 orang yang suka padaku sekaligus. Aku putus lalu suasana kelas menjadi aneh, seakan perang dingin sedang terjadi pada saat itu. Semenjak saat itu aku mulai dijauhi teman-teman kelasanku dan aku berpindah-pindah kelas saat istirahat untuk mencari teman. Lalu pilihanku jatuh pada kelas X-E, sebagian dari mereka mungkin tidak peduli tentang kejadianku dan masih tetap berteman padaku. Lalu saat pulang sekolah aku selalu mampir ke kelas X-B untuk bercanda atau apapun itu. Sialnya Maya juga terkena dampak perang dingin itu. Setiap hari kulalui seperti itu, diam dikelas lalu mencari teman saat jam istirahat dan pulang sekolah. Pada suatu saat aku melihat Maya putus dan dipacari anak dari kelas X-B yang bernama Rayi. Aku merasa kesal namun aku coba mengacuhkan perasaanku dan mencoba memulai mencari pacar baru, aku suka dengan anak kelas X-E bernama Nasya. Dia putih dan lucu namun entah mengapa tiba-tiba kami tidak sedekat saat awal berkenalan namun aku akhirnya merasa aku adalah orang yang sudah menjadi sampah masyarakat. Bahkan aku pun tidak tahu apa yang namanya cinta lagi dan saat itu juga aku merasa ingin enyah dari sekolah ini. Namun aku berpikir aku pasti akan kalah kalau meninggalkan sekolah ini. Sementara itu Lala sudah mendapatkan pacar barunya yang bernama Bifa yang merupakan anak kelasanku juga. Kupikir dalam hati "segampang itukah mendapatkan pacar bila menjadi perempuan cantik?" lalu ku termenung diam saja saat didepan kelas. Pada masa-masa itu ya bisa dibilang aku dijahili oleh anak-anak dikelasanku, mungkin karena pengaruh sikap ideologi pro-Lala yang disebarkan, dan aku hanya diam saja tidak memberikan reaksi apapun dan tidak juga memberi ideologi apapun.
Sampai suatu saat Lala ulang tahun aku dipaksa ikut oleh Rudi, dia sangat baik selalu mendengarkanku, ya untuk sesekali aku mendengarkan nasihat dia. Aku Datang ke Pejaten Village datang ke acara Ulang Tahun Lala dan aku meminta maaf pada dia, walau canggung tapi itu memang sudah sepantasnya dilakukan oleh diriku. Semenjak saat itu perang dingin pun mulai mereda antara aku dan Lala walau kami pun tidak pernah mengobrol semenjak putus tetapi suasana kelas pun jadi lebih tenang untuk sesaat. Saat semester 2 tiba, ada kabar bahwa Lala dan Bifa putus dan kau tahu apa yang terjadi? Bifa pun mengikuti keinginan awalnya yang ingin pindah karena ingin belajar di sekolah negeri. Ternyata Lala pacaran dengan Irvin, anak kelasanku juga sementara aku disini terdiam bingung memikirkan apa cinta itu mudah datang dan mudah pergi? dia sudah mendapatkan 2 pacar dalam kurun waktu belum genap setahun, sedangkan diriku belum mendapatkan sama sekali, jangankan memiliki, kenal dengan wanita yang mau pun tidak. Hubungan mereka langgeng sampai kenaikan kelas 2 dan Irvin pun punya sahabat bernama Raka dan hubungan Maya bersama Rayi pun kandas dan akhirnya Rayi memilih salah satu anak kelasannya bernama Bunga untuk dijadikan pacarnya. Dan akhirnya pun aku juga punya sahabat bernama Lina anak kelasan X-B juga dan Rudi alias Udik anak dari kelasanku.
Kenaikan kelas pun tiba dan tak terasa sudah kelas 2. Aku pun berharap agar tidak sekelas dengan Lala dan para pengikut pro-Lala, namun yang terjadi malah sebaliknya. Bagai kapal terombang-ambing di laut, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Aku sekelas lagi dengan Lala dan para pro-Lala, aku pun kaget bukan kepalang. Aku masuk kekelas dan melihat seisi kelas dan benar saja ternyata Lala para pro-Alyaa sudah duduk menempati bagian pojok kanan belakang kelas. Tapi yang kusenang aku sekelas dengan sahabatku Rudi dan Lina. Aku masuk kelas dengan nama XI-IPA 1, walau terasa aneh dan canggung pada awalnya tapi setelah 2-3 bulan berlalu semua mulai kembali seperti semula, terasa semuanya telah melupakan kejadian yang lalu. Walau tak seutuhnya membaik tapi ini lebih baik daripada kemarin. Salah satu anggota pro-Lala, Cinta atau biasa dipanggil Tenker ternyata suka dengan Bagas teman kelasanku dulu. Kalian tahu tidak? Cinta ternyata bisa saja datang dari perlakuan kasar atau karena sering bertemu dengan orang yang biasa kita jumpai, dan hal itu terjadi pada Tenker. Bagas memang dikenal sering menjahili Tenker dan tak disangka Tenker pun suka dengan Abel, anak-anak menyebutnya Tenker karena badan dia yang gendut, kulit hitam dan muka yang jerawatan, aku kira agak jahat memang tapi dia orang yang sabar dan dia pun menerima dipanggil begitu. Setelah sekian lama, Kirana yang merupakan teman Lina ketika kelas 10 dulu ternyata suka padaku, namun aku agak ragu untuk memacari dia karena dia merupakan anak yang polos, lugu atau culun disekolah. Aku tidak menanggapinya tapi lambat laun perasaan Kirana padaku menghilang. Hari demi hari terlewati, tak disangka aku dan Maya dekat kembali yang pada akhirnya aku memilih Maya untuk menjadi pacarku walaupun sebenernya Lina suka padaku. Aku tahu itu karena Lina sendiri yang menceritakan semua padaku dan akhirnya kami berdua berjanji akan hanya menjadi sahabat. Sebetulnya dalam lubuk hati kecilku aku menerima Maya dengan terpaksa karena aku agak kasihan dengan dia, namun aku mencoba menjalaninya.
Kabar terbaru setelah kenaikan kelas hampir dekat adalah Lala dan Irvin putus. Aku tidak menyangka hal itu pun akan terjadi, dan seperti dulu yang aku rasakan, Irvin juga merasakannya. Juga aku diberitahu temanku yang merupakan anak kelas 12 bahwa temannya suka padaku namun dia sudah memiliki pacar. Banyak konflik terjadi, padahal posisinya saat itu aku dan kakak kelasku yang suka padaku yaitu Dina sudah punya pacar dan akhirnya lebih memilih kembali kepada pacar masing-masing dan menjalani kehidupan seperti biasa. Kau masih ingat dengan Raka sahabatnya Irvin? Ternyata dia menjadi pacar Lala yang selanjutnya. Aku pun merasa aneh, dengan riwayat yang sama, aku, Bifa, Irvin dan Raka merupakan anak yang dulu sekelas di kelas 10. Aku tak habis pikir apa sih yang sedang dipikirkan Lala hingga bisa memacari mereka semua dan aku lebih kasian kepada Irvin karena sahabatnya itu memacari mantannya yang baru putus bulan lalu. Walau begitu, hubungan Irvin dan Raka tidak berubah. Mereka terlihat akrab seperti biasanya, mungkin itu yang dinamakan sahabat. Setelelah ujian selesai, kelas kami seperti biasanya mengikuti class meeting atau perlombaan futsal antar kelas. Disekolah kami ada sistem pertukaran pelajar dan yang terpilih mengikuti program itu adalah Lala dan Irvin. Aku memikirkan apa yang terjadi jika mereka duduk bersebelahan dipesawat, pasti aku terjadi hal yang sangat amat canggung disitu tapi ternyata mereka berbeda tujuan kota walau sama-sama pergi ke Amerika.
Sudah kelas 12 dan semua terasa begitu cepat. Aku mencari namaku di kertas yang menghiasi pintu depan kelas tiap tahun. Aku mencari namaku dan aku sangat senang karena aku melihat bahwa aku akan sekelas dengan sahabatku, Rudi. Lalu aku mencari lagi ada nama asing, yaitu Rina. Dia adalah murid pindahan yang baru saja pindah saat kelas 11 dan pantas saja kalau aku tidak mengenalinya. Aku cari terus dan kutemukan bahwa aku akan sekelas dengan Simon dan Feri. Simon adalah Anak dari kelasan X-B dan Feri dari kelasanku saat kelas 10 dulu. Kami berempat menjadi sahabat di kelas yang tertera dengan nama XII IPA-1, kami sering berbuat onar dikelas dan sekolah. Lalu kami membuat grup Line yang kami beri nama "Cukimay!". Rina pun suka padaku, Maya sangat shock ketika mendengar kabar yang menerpanya itu, tapi entah mengapa mereka berdua menjadi teman ketika saat istirahat sholat tiba. Memang begitulah perempuan, selalu memendam perasaannya didepan orang yang tidak ia sukai. Cukimay! berekspansi ke kelas IPS dan hasilnya kami berteman dengan Dimitri atau Redi panggilannya dan Fijay. Kami membuat grup baru dan kami beri Nama Serigala Terakhir. Kami berenam selalu nongkrong bersama dengan anak kelasan lain ditempat tongkrongan kami yang bernama "Mamamia"dan selalu nongkrong di Warung Kopi didaerah Ciganjur yang biasa kami sebut dengan "Nongkrong Asyique"dan aku ingat dengan jadwal nongkrong kami yaitu hari Senin setelah sepulang sekolah. Jadi kami tidak nongkrong di Mamamia dan langsung kabur menuju tempat tongkrongan kami di Ciganjur itu, dan kamipun menjadi sahabat sampai lulus SMA. Saat acara perpisahan kelas, kami semua memilih untuk makan disebuah restoran yang berada di Pondok Indah Mall dengan menggunakan sisa uang kas kami. Aku dan beberapa teman ingin menonton film tapi aku sedang dengan saemo dan dia harus pulang lebih awal. Sialnya aku lupa, aku sudah membeli tiket dan merelakannya karena harus mengantar Simon pulang karena dia pergi bersamaku menggunakan motorku. Disini aku sangat merasa lucu, coba kalian bayangkan jika tiba-tiba ada seorang bule, kebetulan waktu itu dia orang mesir dan dia meminta rokok kami karena dia bilang disekitaran mall ini tidak bisa membeli rokok secara ketengan. Dengan dandanan yang sangat rapih aku dan Simon berpikir mungkin dia bule yang kaya yang rokoknya sebatang munking sama harganya dengan harga rokok sebungkus yang biasa aku beli. Dia meminta rokok lalu pergi begitu saja, dalam hatiku berkata "Dasar bule miskin! Rupa saja bule tetapi rokok masih meminta! Brengsek!". Lalu setelah rokok habis aku mengantarkan Simon pulang kerumahnya dan aku pulang kerumahku.
Berbulan bulan telah berlalu, Akhirnya aku masuk kuliah. Aku berkenalan dengan temannya Maya yaitu Bimo dan kami bertemu di Seven Eleven Karang tengah, Kami bercerita banyak dan sampai disaat ada pemberitahuan akan ada meetup satu jurusan, aku ikut. Aku datang ke Roti Bakar Eddy di Margonda, aku melihat tidak ada satupun dari mereka yang aku kenali namun aku melihat ada beberapa perempuan yang lumayan cantik bagiku. Tak disangka aku bertemu teman SD Rudi ditempat itu dan kami berkenalan. Saat Ospek aku juga berkenalan dengan Dania, orang cukup manis bagiku. Setelah pembagian kelas sudah ditentukan ternyata aku sekelas dengan Bimo dan Orang yang cantik yang aku temui ketika meetup, Fika adalah namanya, saat hari pertama masuk aku berkenalan dengan dia dan aku melihat seluruh isi kelasku tidak ada perempuan yang memenuhi kriteria perempuan yang bisa aku bilang cantik. Aku punya sahabat bernama Mara dan Yuni, mereka berdua selalu menemaniku saat kelas ataupun saat diluar kelas. Entah mengapa aku tidak terlalu akrab dengan kelasanku padahal aku tidak melakukan hal yang aneh kepada mereka. Pernah digosipkan aku memacari Yuni padahal tidak. Kami hanya sering bercerita itu saja yang membuat kami dekat.
Walaupun aku tidak deket dengan teman kelasanku tapi aku selalu bermain dengan sahabatku ketika SMA yaitu Rudi dan lagipula aku juga sering bermain futsal dengan teman SMA-ku setiap minggunya. Rudi tau aku sering bosan dirumah karena mungkin tidak ada yang mengajakku jalan kecuali Maya dan aku sangat amat bosan kalau setiap minggunya hanya jalan bersama dia. Jadi dia mencoba memperkenalkan sebagian temannya kepadaku saat itu. Jadi aku disuruh datang ke coffee shop di daerah Kemang pada malam minggu itu dan aku menemukan sesosok perempuan yang bagiku itu sangat sempurna karena memenuhi semua kriteria yang aku mau. Panggil saja Wanda, aku tidak ingin menyebutkan nama aslinya karena aku ingin menghapus segala memori tentang dia. Aku berkenalan malam itu, kami berfoto dan tentu saja aku dan dia saling chatting sepulang dari itu dan aku juga diundang ke grup chat temannya Rudi.
Harus aku akui, hubungan aku dengan Maya akhirnya kandas. Segala macam cara sudah kucoba namun dia tetap kukuh pada pendiriiannya. Aku mulai berpikir kenapa hal ini bisa terjadi, dia memberikan banyak alasan tapi yang kudapat alasan dia ingin mengakhiri hubungan kami hanya karena dia bosan. Setiap pagi dering dan getar Line dari Maya pun mulai pudar. Temaram lampu malam pun selalu menghiasi langit-langit kamarku. Aku kesal, sedih namun aku senang karena akhirnya aku sudah tidak bersama orang yang aku tidak cintai sepenuh hati. Aku yang awalnya sedih sekarang malah senang karena tanpa Maya aku bisa bersama Wanda. Namun dugaanku salah. Aku terlalu tinggi hati dan takabur pada ucapanku. Pada awalnya aku dan Wanda sangat amat dekat hingga apapun yang terjadi diantara kita pasti kita akan mengetahuinya. Kami saling bertukar foto, bertukar cerita, lagu dan banyak hal lagi. Mungkin lagu Falling In Love At Coffee Shop yang dinyanyikan oleh Landon Pigg adalah lagu sangat cocok untuk suasana hatiku saat itu. Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?
Disaat sendu datang menemani hujan yang menghantam atap rumahku, aku menatap layar handphoneku dan kulihat sebuah pesan. Rupanya itu Line dari Wanda, dengan cepat ku pijit tombol di handphone-ku lalu kebaca pesan dari dia. Aku lupa apa yang dia katakan persis tapi aku masih ingat inti dari pesan dia, "Jika kita nanti bersama, apa yang akan kamu lakukan jika aku kenapa-kenapa". Lalu ku gerakan jemariku dan kubalas pesan itu "Äku akan selalu menjagamu bagaimanapun caranya karena aku tidak ingin kau kenapa-kenapa". Lalu aku menutup mata dan tersenyum. Tak disangka semua hancur secara berkeping-keping dengan sekejap, aku tak tahu apa yang harus kulakukan lagi nantinya. Aku tidak tahu apa yang kulakan jika aku tidak bersama dengannya. Maya datang lagi ke kehidupanku dan dia meminta maaf kepadaku, dia bilang dia menyesal dan tidak akan melakukan hal itu lagi, Dia juga selalu menggangu Wanda di media sosial dan Wanda pun mengadu padaku karena aku menceritakan Maya padanya. Wanda pun risih dan mungkin karena beberapa kesalahanku juga akhirnya hubunganku dan Wanda berakhir. Jakarta memang ramai namun hatiku terasa sepi. Aku jadi teringat untuk apa kami pergi bersama membeli es krim Ragusa yang terkenal itu di Jakarta Pusat, lalu bersama-sama naik motor trail-ku menantang bahaya. Itu semua kami lakukan karena kami berdua menyukainya. Namun apa gunanya jika semuanya akan berakhir. Dan selang beberapa minggu kemudian, aku dikeluakan dari grup temannya Rudi.
Aku hancur, Wanda adalah orang yang selalu aku idam-idamkan. Bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku. Kupasang lagu bernada minor hampir disepanjang malam hingga aku terlelap. Gelisah ini pun tak kunjung hilang, aku masih saja memikirkan dia. Rasa ini tak kunjung pudar, begitu pula dengan ingatan yang masih segar dikepalaku. Sampai akhirnya aku hanya ingin hilang ingatan. Aku ingin hilang ingatan tentang dirinya, semua hal tentang dia aku ingin lupakan. Hidup tanpa cintanya terasa bagai malam tanpa bintang, Jiwaku berbisik lirih agar harus memiliki Wanda. Aku ingin membuat Wanda jatuh cinta padaku sekali lagi meski rasa cintanya sudah pudar kepadaku. Aku hanya ingin sedikit waktu saja agar cinta datang karena telah terbiasa. Wanda pun membisu seribu bahasa. Raut wajahnya terbayang selalu di mimpiku yang berlalu. Ingin kurengkuh bayangnya karena aku sangat rindu harum dirinya, harum perfume bayi. Seberkas cahaya indah matanya selalu membesitkan kata cinta padaku. Aku cinta padanya, namun semuanya tak mungkin akan terjadi. Aku dan Wanda tak mungkin bersama, diriku serasa mati sesaat.
Sudah tingkat 2 dan akhirnya aku memiliki teman baru. Aku gabung dengan grup teman-teman kelasanku yang biasa aku sebut "The Moron" dan aku masuk ke kelas 2TA05. Aku sembari mencari perempuan yang sekiranya kubisa pacari, aku melihat ada seorang perempuan anak kelas 2TA02 sangat cantik, aku tidak tahu namanya tapi aku mencoba mencari tahu. Faza adalah namanya, nama yang elok untuk rupa yang menawan. Aku berpikir untuk mencoba mendekatinya sampai suatu saat ketika aku jalan-jalan kedufan bersama sebagian teman kelasanku, aku bertemu dengan Fatimah. Fatimah yaitu sepupu dari Kiki atau yang biasa aku panggil Gondes (gondrong desa), dan jangan salah ya Kiki itu laki-laki. Hal lucu pun terjadi, bisa aku bilang konyol karena disaat kelas lain mendapatkan pembagian kelas yang diisi perempuan sebanyak 10 orang lebih tapi di kelasku hanya ada 2. Pada awalnya kami semua dikelas mengira Kiki itu perempuan karena nama itu identik dengan perempuan. Kami semua juga sebagian belum mengenal satu sama lain jadi kami mencoba untuk menerka-nerka. Kami kaget karena yang datang adalah laki-laki dan ya bagiku namanya cocok karena dia seorang laki-laki yang menurutku berwajah cantik seperti waria Thailand. Ketika kami semua didufan aku bingung kenapa Fatimah selalu mencuri pandangannya kearahku namun aku tidak menghiraukannya. Lalu sampai dimana aku dan dia mengobrol yang saking asyiknya kita pun larut dalam obrolan tersebut. Kami berdua terus mengobrol sampai pulang, saat sampai rumah masing-masing pun kami berdua tetap chatting di handphone masing-masing hingga sekarang aku menulis cerita ini. Dan pada akhirnya sekali lagi aku jatuh cinta pada seseorang, Fatimah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar